Cerita Wayang Golek Live
Sanghyang Nata Dewa
Pagelaran live wayang golek masa lampau dengan judul Sanghyang Nata Dewa (Cepot Nyamur) Pimpinan Dalang Alm. H. Asep Sunandar Sunarya berdurasi sekitar 5 jam, direkam dengan kaset pita audio dan diputar dengandengan tape Samsung MAX-VS720 . Kaset pita kosong yang dipergunakan adalah sejumlah 6 buah (C60). Perekaman silaksanakan sekitar tahun 2008 beralamat di kampung Pasir Ceuri Kelurahan Sukamelang Kab. Subang Jawa Barat, dalam acara resepsi pernikahan.
Diceritakan di Negara Astina Sang Raja Prabu Duryodhana Putra Raja Dastarata, Gandari Putra, mengadakan kumpulan atau rapat yang dihadiri oleh Patih Arya Sangkuning / Arya Syuman, Resi Drona dan pejabat tinggi lainnya untuk membicarakan tentang masalah yang terjadi di negara Astina. Banyak hal yang harus diselesaikan dan dimusyawarahkan untuk dicari solusi atau jalan keluarnya. Saat itu di Astina terjadi bencana alam banjir disusul kekeringan yang tiada ujung belum lagi wabah penyakit yang melanda kepada masyarakat.
Pendapatpun dikemukakan oleh Patih Sangkuning bahwa semua sudah terjadi dan biarkan semua terjadi nanti juga akan ada ujungnya.Bahkan banyak yang demo juga harus dibiarkan jangan ditanggapi. Sedangkan usul dari Resi Drona berbeda, justru kejadian ini harus cepat direspon dan masyarakat yang demo juga harus ditantang ke arah positif, dengarkan apa yang menjadi suara hatinya. Resi Drona mengungkapkan harus ada reformasi dari segala aspek, yang paling utama adalah peningkatan Sumber Daya Manusia agar negara Astina bisa lebih maju jika ditangani oleh para ahli yang sesuai dengan bidangnya. Banyak kerugian yang terjadi dikarenakan adanya korupsi, Ilegal Loging dan kegagalan sistem pemerintahan. Sebenarnya negara Astina adalah negara yang bertanah subur bahkan Sumber Daya Alamnya melimpah. Tetapi karena terbuai dengan kayanya alam akhirnya masyarakat Astina menjadi bodoh dan malas.
Ditengah-tengah rapat semua dikejutkan oleh datangnya punggawa yang melaporkan adanya kejadian bahwa Putri Raja ada yang menculik yaitu Dewi Lesmining Puri. Dari keterangan Punggawa identitas penculik diketahui yaitu Sastra Jingga (Cepot), semua orang pun terkejut terlebih Resi Drona. Tidak berselang lama Prabu Duryodhana memerintahkan kepada Resi Drona untuk menyiapkan pasukan agar bisa mengejar penculik Putri Raja. Siasatpun dilaksanakan oleh Resi Drona agar penculik bisa diketemukan dan ditangkap.
Di lain tempat Dewi Lesmining Puri yang dibawa oleh Sastra Jingga mengharap bertemu dengan Abimanyu, karena Sastra Jingga menjanjikan mempertemukan Dewi Lesmining Puri dengan Raden Abimanyu (putra dari Adipati Arjuna), sehingga sang putri bisa dibawa dan rela ikut. Padahal Sastra Jingga menculik Putri Raja Astina untuk dirinya sendiri.
Pasukan yang dipimpin Resi Drona sudah mengetahui keberadaan Sastra Jingga dan langsung mengepung dirinya. Saat itu juga Sastra Jingga dengan ilmunya menyembunyikan Dewi Lesmining Puri. Dengan berbagai cara untuk menangkap dan melumpuhkan Sastra Jingga tetapi hasilnya nihil, dari sekian banyak pasukan Astina dan Kurawa tidak ada yang mampu mengalahkan apalagi menangkap Sastra Jingga. Akhirnya Resi Drona menjalankan rencana lain yaitu meminta pertolongan kepada muridnya yaitu Adipati Arjuna. Mendengar kejadian tersebut Adipati Arjuna sangat marah dan langsung berangkat menuju ke Tumaritis.
Di Tumaritis keluarga Semar Badranaya sedang bercengkrama seperti biasanya, Sastra Jingga dan Dawala sedang berada di rumah. Tak berselang lama Adipati Arjuna pun tiba di Tumaritis didampingi oleh Resi Drona. Lurah semar dan anak-anaknya sangat bahagia kedatangan pejabat 2 negara disamping merasa heran, ada apa gerangan sang majikan datang kerumahnya. Adipati Arjuna langsung menceritakan kejadian yang terjadi di Negara Astina bahwa Sastra Jingga telah menculik Putri Astina. Lurah Semar terkejut mendengar berita tersebut. Adipati Arjuna menanyakan dimana Putri disimpan, tapi Sastra Jingga dan Lurah Semar tidak tahu dan tidak merasa menculik Putri.
Amarah Arjuna semakin memuncak karena terus dihasut oleh Resi Drona, akhirnya Lurah Semar dan anak-anaknya lari menghindari amarah Adipati Arjuna. Mereka berhasil kabur akan tetapi dengan kesaktian Adipati Arjuna Sastra Jingga dan Dawala tewas terpanggang panah yang dilepaskannya. Sastra Jingga dan Dawala menjadi korban fitnah, mayatnya ditinggal di hutan.
Dengan tewasnya turunan Semar membuat kegemparan di Kahiyangan yaitu kawah Candra Dimuka bergolak hebat, sehingga seluruh penghuni Kahiyangan merasa khawatir. Batara Guru pun langsung turun ke dunia, dia sudah mengetahui bahwa ada turunan Kahiyangan yang sedang mengalami duka yaitu Sastra Jingga dan Dawala tewas yang belum saatnya.
Batara Guru menghadapi dua mayat yang merupakan anak-anak dari kakak kandungnya. Saat itu juga raja Kahiyangan mengeluarkan kesaktiannya dengan menghidupkan kembali Sastra Jingga, tidak berselang lama Sastra Jingga pun bangun dari kematiannya. Batara Guru memerintahkan kepada Sastra Jingga untuk membereskan permasalahan di Astina yang memfitnah dirinya dengan menculik Putri Raja. Caranya yaitu dengan mengubah wujud Sastra Jingga menjadi satria yang bernama Sanghyang Nata Dewa. Tak hanya wujud yang dirubah Batara Guru pun membekali Sastra Jingga dengan berbagai kesaktian. Adiknya Dawala pun bisa dihidupkan kembali oleh Sastra Jingga yang sekarang sudah berubah wujud menjadi satria Sanghyang Nata Dewa. Saat Dawala hidup kembali Satria Sanghyang Nata Dewa menceritakan bahwa kakaknya (Sastra Jingga) mayatnya tidak tertolong karena jasadnya dimakan harimau. Dawala pun sedih mendengar kejadian yang menimpa Sastra Jingga.
Sanghyang Nata Dewa menjanjikan akan membereskan permasalahan yang menimpa Sastra Jingga dan langsung menuju ke tempat persembunyian Sastra Jingga palsu yang telah menculik Dewi Lesmining Puri.
Di tempat lain Arjuna dan Resi Drona menemui Sastra Jingga palsu untuk meyakinkan dirinya bahwa memang benar Sastra Jingga menculik Putri Raja Astina. Dewi Lesmining Puri mengetahui bahwa dirinya dibawa oleh Sastra Jingga bukan untuk dipertemukan kepada Abimanyu dia berusaha kabur dan ditakdirkan bertemu dengan Arjuna (Pamannya) yang ditemani Resi Drona. Mengetahui Dewi Lesmining Puri kabur Sastra Jingga palsu pun mengejar dan otomatis bertemu dengan Arjuna.
Otomatis saat itu juga terjadi pertempuran antara Arjuna dengan Sastra Jingga palsu yang dibantu para denawa, disaat yang sama datang Sanghyang Nata Dewa. Dawala yang saat itu menyaksikan bahwa benar kakaknya menculik Putri Raja Astina membantu Arjuna melawan Sastra Jingga Palsu.
Sastra Jingga palsu bersama pasukannya melawan Arjuna, dan datanglah Sanghyang Nata Dewa membantu. Pasukan denawa pun tidak berdaya meladeni kesaktiannya. Disaat yang sama datang Batara Kresna dan Lurah Semar untuk menyaksikan kejadian yang masih menjadi teka teki siapa sebenarnya Sanghyang Nata Dewa.
Ditengah-tengah pertempuran antara Sanghyang Nata Dewa dengan Sastra Jingga palsu terbuka wujud Sastra Jingga asli. Disaksikan oleh semua pihak termasuk Batara Kresna ternyata yang menculik Putri Raja Astina bukan Sastra Jingga putra Lurah Semar. Satra Jingga asli terus berjuang mengalahkan musuhnya. Akhirnya dengan perlindungan Lurah Semar dan Batara Guru Sastra Jingga palsu dapat dikalahkan dan berubah wujud menjadi Jaya Winangling (Putra dari Dewi Gedeng Permoni) dari negara Setra Gandamayit yang penasaran dengan Putri Raja Astina Dewi Lesmining Puri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar